Resensi Novel Cheng Ho
Presensi: Ahmad Nabil Husain
Penulis:Wiwid
Prasetyo
Penerbit:Divapress
Tahun
terbit:2023
ISBN:978-623-327-473-9
Halaman:400
Halaman
Kisahnya cukup menarik dan menyita waktuku
setengah hari untuk membolak-balikkan halaman buku yang tebalnya hampir 400
halaman itu. Kisahnya menarik, inspiratif dan membuatku terhibur. Tetapi
biografi yang dikemas dalam bentuk novel ini rasanya ada yang perlu diberi
diulas. Hal itu karena di bagian belakang novel tidak disertai informasi yang
dipakai oleh penulis dalam menyusun novel tersebut.
Ditinjau dari tujuan penulisan novelnya, jelas
sekali novel ini lebih untuk membuat bangsa ini termotivasi dan melihat
kemajuan kaum Tionghoa yang sangat kuat secara ekonomi dengan pandangan
positif. Selain itu, novel ini memberikan pengisahan sisi lain di balik sejarah
China yang cukup tua bahwa pada masa-masa kejayaan Islam, cahanya juga pernah
membawa kejayaan Tiongkok di masa Dinasti Sung dan Dinasti Ming berkuasa.
Namun ada suatu kisah yang menurutku perlu
diklarifikasi. Adanya seorang ulama Arab (Ta Shih) yang sudah mengembara ke
China di masa Rasulullah masih hidup, khususnya di saat dakwah Islam
baru-barunya di bangun tentu menjadi hal yang penuh tanda tanya. Terlebih dalam
novel tersebut dikisahkan saat Ja’far bin Abi Thalib dan sahabat yang baru
berhijrah dari Habasyah (Ethiopia) hendak pulang kembali ke Mekah tetapi
terseret ombak hingga Laut China Selatan dalam waktu satu malam tentu ini juga
sangat tidak masuk akal. Hampir-hampir aku mendapati tanda tanya besar tentang
peristiwa ini.
Hal berikutnya adalah kebenaran pelayaran
Laksamana Cheng Ho sebagai pemegang otoritas selama di kapal untuk
mengkondisikan pasukannya mengikuti syariat Islam di tengah pergulatan ajaran
Konfusian di China saat itu. Bahkan dalam kisah disebutkan para pendiri Dinasti
Ming adalah orang-orang Muslim dari suku Hui-Hui. Jika dibandingkan dengan
keterangan di Wikipedia, khususnya yang berbahasa Inggris, novel ini memberikan
informasi yang rancu.
Ini mungkin sebuah kritik sekaligus pesan bagi
para pembaca novel tersebut agar tidak serta merta menelan semua informasi yang
ada di dalamnya. Sebagai sebuah novel tentu pengisahan menjadi fokus utamanya
agar nyaman dibaca para pembacanya. Namun, untuk novel inspiratif yang satu
ini, kita harus menelaah kembali beberapa sumber pembanding agar kita
mengetahui sejarahnya yang lebih tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar