Minggu, 26 Mei 2024

RESENSI NAYSHILLA BILQIS AQEELA

 

 

RESENSI NOVEL LAUT BERCERITA

Presensi: Nayshilla Bilqis Aqeela



            Judul: Laut bercerita

            Penulis: Leila Salikha Chudori

            Genre: Fiksi sejarah

Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia

Tahun Terbit: 2017

Jumlah Halaman: 379 halaman

 

Sinopsis

Di sebuah senja, di sebuah rumah susun di Jakarta, mahasiswa bernama Biru Laut disergap empat lelaki tak dikenal. Bersama kawan-kawannya, Daniel Tumbuhan, Sunu Dyantoro, Alex Perazon, dia dibawah ke sebuah tempat yang tak dikenal. Berbulan-bulan mereka disekap, diintrogasi, dipukul, ditendang, digantung, dan diestrum agar bersedia menjawab satu pertanyaan penting: siapakah yang berdiri di balik gerakan aktivis dan mahasiswa saat itu.           

Keluarga Arya Wibisono, seperti biasa, pada hari Minggu sore memasak bersama, menyediakan makanan kesukaan Biru Laut. Sang ayah akan meletakkan satu piring untuk dirinya, satu piring untuk sang ibu, satu piring untuk Biru Laut, dan satu piring untuk si bungsu Asmara Jati. Mereka duduk menanti dan menanti. Tapi Biru Laut tak kunjung muncul.

Asmara Jati, adik Biru Lau, beserta Tim Komisi Orang Hilang yang dipimpin Aswin Pradana mencoba mencari jejak mereka yang hilang serta merekam dan mempelajari testimoni mereka yang kembali, Anjani, Kekasih Laut, para orangtua dan istri aktivis yang hilang menuntut kejelasan tentang anggota keluarga mereka. Sementara Biru Laut, dari dasar laut yang sunyi bercerita kepada kita, kepada dunia tentang apa yang terjadi pada dirinya dan kawan-kawannya.

Bagian Pertama, Laut adalah seorang mahasiswa program studi Sastra Inggris di Universita Gadjah Mada, Yogyakarta. Ia sangat menggeluti dunia sastra dan tentunya tidak sedikit buku sastra klasik yang dimilikinya, baik itu buku sastra bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Laut gemar membaca berbagai buku karangan Pramoedya Ananta Toer yang ketika itu peredarannya dilarang di Indonesia. Hal itu yang menekatkan dirinya secara diam-diam untuk memfotokopi buku-buku tersebut di salah satu tempat yang disebut sebagai fotokopi terlarang. Mulai dari sana, dirinya bertemu dengan Kinan, salah satu mahasiswa FISIP yang memperkenalkan Laut akan organisasi Winatra dan Wirasena.

Dalam novel ini, diceritakan bahwa Laut beserta rekan-rekannya melaksanakan beberapa aksi atau gerakan untuk membela rakyat yang telah diambil haknya oleh pemerintah, salah satunya “Aksi Tanam Jagung Blangguan”. Akan tetapi, jauh sebelum mereka melakukan aksi tersebut, Laut bersama teman-temannya berdiskusi terlebih dahulu yang dikenal sebagai diskusi kwangju. Dari situlah, awal mula Laut dan rekan-rekannya mengetahui dan mengenal arti dari sebuah pengkhianatan.Diskusi kwangju yang semestinya berlangsung baik dan lancar justru terhambat karena adanya intel yang secara tiba-tiba mendatangi markas mereka. Namun, tidak ada yang tahu pelaku yang membocorkan diskusi mereka. Beberapa anggota dari organisasi Winatra sedikit menaruh curiga pada Naratama sebab dirinya tidak pernah tampak saat penangkapan dilakukan, tetapi itu hanyalah dugaan mereka. Belum diketahui kebenaran yang sesungguhnya seperti apa.

Singkatnya, Laut diringkus lagi oleh sekelompok orang yang tidak dikenal, tepatnya tanggal 13 Maret 1998. Semenjak mereka menjadi buronan di tahun 1996 sebab organisasi Winatra dan Wirasena dikatakan berbahaya bagi pemerintah kemudian Sunu, Mas Gala, dan Narendra secara tiba-tiba hilang. Kemudian, lambat laun beberapa rekan-rekan yang lain pun hilang entah ke mana. Lalu, sekarang Laut disusul oleh Alex dan Daniel yang menghilang. Saat penculikan dan penyekapan itu, mereka memperoleh siksaan yang sangat tidak manusiawi, bisa dikatakan sangat sadis dan biadab. Mereka semua dipukuli, disiram dengan air es, disetrum, digantung dengan kaki yang berada di atas dan kepala berada di bawah, ditelentangkan di atas batangan es yang sangat dingin, serta penyiksaan lainnya.

Bagian Kedua, Di bagian kedua dalam novel Laut Bercerita, Asmara, adik dari Laut yang menjadi sudut pandang ceritanya. Asmara dengan Laut, mereka memiliki visi yang saling berjauhan yang mana adiknya lebih menaruh minat pada bidang sains, sementara Laut cenderung bidang sastra. Pada bagian kedua ini, berawal dari tahun 2000, tepat dua tahun sudah Laut beserta 13 temannya menghilang entah ke mana. Terdapat hal yang menyesakkan dada, yakni saat mereka melangsungkan acara–atau yang mereka sebut sebagai ritual–makan malam bersama di setiap hari minggu.

Hal-hal seperti biasanya mereka lakukan, ibu yang menyiapkan makanan, serta bapak yang mengambil piring untuk wadah mereka makan. Bapak masih menyisakan satu piring untuk Laut, berharap bahwa Laut kelak pulang ke rumah dan kembali makan bersama. Akan tetapi, hasilnya selalu sama dan nihil. Kemudian, Asmara dan kawan-kawannya memutuskan untuk mendirikan semacam lembaga khusus menangani orang yang dihilangkan secara paksa, layaknya Laut, kakak Asmara. Asmara tidak membangun itu dengan kawan-kawannya saja, ia bekerja sama dengan berbagai orang dan keluarga dari teman-teman Laut yang belum ditemukan pula. Lembaga itu didirikan dengan harapan agar Laut beserta rekan-rekannya yang hilang itu, tidak habis dimakan waktu dan pemerintahan segera menuntaskan perkara ini.

Keunggulan

Keunggulan dalam sebuah novel, tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi penulis. Hal itu membuktikan bahwa dalam karya tulisnya, ada sesuatu yang “tidak biasa’ di mata para pembaca. Visualisasi karakter dan suasana dalam novel initampak nyata. Terlebih, bagian dimana Laut dan teman-temannya disiksa dan diperlakukan tidak manusiawi.

Novel ini berdasarkan kisah nyata pengalaman dari para aktivis yang sempat hilang dan diculik para Maret tahun 1998 lalu, kemudian 9 berhasil kembali dan 13 lainnya dinyatakan hilang. Novel ini bersifat edukatif, dibuktikan bahwa didalamnya memuat pengetahuan sejarah rezim Orde Baru, sejarah pergerakan dalam menegakkan keadilan sosial seperti dalam pancasila ke-3. Novel ini terisnpirasi dari Masa Orde Baru Soeharto. Ada moral value yang dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah cara agar memanusiakan manusia dari segala aspek.

Kelemahan

Ada sedikit kekurangan atau kelemahan dalam novel ini, seperti alur cerita yang digunakan adalah alur campuran atau maju mundur. Jika para pembaca tidak terbiasa dengan alur seperti didalam novel ini, akan cenderung kesulitan atau bingung. Dalam membaca novel yang memiliki alur cerita yang campuran atau maju mundur dibutuhkan sikap fokus dan pemahaman secara saksama agar dapat mengikuti alur cerita yang baik.

Kesimpulan

Novel Laut Bercerita memberikan kita makna dari nilai perjuangan dalam merebut demokrasi, perjuangan dalam bersuara, perjuangan dalam kehidupan,perjuangan dalam merebut hak kewarganegaraan, serta memberikan makna kerjasama tim, dan lain sebagainya. Ada yang dapat kita bandingkan pada saat ini jika dihubungkan dengan novel ini yang berlatar tahun 90an di rezim Orde Baru. Buku ini adalah perwujudan dalam bentuk fiksi bahwa kita tak boleh melupakan sejarah yang sekaligus yang menjadi tumpuan bangsa ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RESENSI AFIQ HUSNATU ZAHRA

 RESENSI NOVEL  Judul laut bercerita  Penulis:Kelas.chudori  “Laut Bercerita” adalah sebuah novel karya Leila S. Chudori yang diterbitkan p...