Sawanen
Tak
asing lagi terdengar kata sawanen ditanah jawa ini. Aku hayyin adalah
gadis berumur 8 tahun saat itu.
Aku tinggal di kota Banyuwangi, jawa timur.
Di
bawah Terik matahari aku bermain masak-masakan dengan teman sekampungku, dia
Bernama Dira.
Aku dan Dira bermain diperbatasan kampung,
antara kampunku dan kampung sebelah.
Perut
pun berbunyi, “yin, aku laper. Ayo beli jajan di warung!” ucap Dira kelaparan.
Aku mengiyakan, dan berjalan ke warung dikampung sebelah. Sesampainya kita
diwarung, terlihat warung yang sepi, tidak terdapat Buk Sri si pemilik warung
yang biasanya ada didepan jendela warung.
Aku
dan Dira mulai mendekati jendela warung “Buk Sri tumbas” Dira memanggil.
Tak terdengar jawaban apapun dari Buk Sri, tetapi rumahnya terbuka sedikit. aku
berfikir mungkin buk Sri ada didalam rumah. “Dir ayo kita liat dirumah Buk Sri,
mungkin Buk Sri ada didalam jadi ga kedengeran suara kita” ucapku. Dira
mengangguk.
Aku
dan Dira mulai mendekati pintu rumah Buk Sri dan mengetok pintu rumahnya. “eh,
bau apa ini?” Dira mengendus, mencium bau busuk dari dalam rumah Buk Sri. Aku
dan Dira semakin penasaran apakah Buk Sri ada atau tidak ada dirumah.
“Dir
buka aja kali ya, aku takut Buk Sri kenapa-napa” ucapku khawatir.dira
mengiyakan. Kriyekk pintu terbuka dan kita melihat kepala wanita tergantung
dengan mata melotot lidah keluar dan wajah yang pucat mengerikan.
Sejak
hari itu aku dan Dira hanya termenung diam dan tidak diperbolehkan keluar rumah
terlalu jauh. Tak terasa sekarang aku sudah menginjak bangku SMA. Pengalaman
yang tak terlupakan dan sangat memberi pelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar