Resensi Novel “Tiga Dalam Kayu” oleh Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie
Judul Buku : Tiga dalam Kayu
Pengarang : Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie
Penerbit : Jakarta : Kepustakaan Populer
Gramedia
Tahun terbit : 2022
Tebal buku : 62 halaman : 20 cm
Harga : Rp. 75.000,00
ISBN : 9786024817817
Dalam labirin narasi masa
depan yang dijaga oleh perpustakaan yang digambarkan sebagai tempat pembuangan
sampah bagi orang hidup dan suaka perlindungan bagi harta orang mati, “Tiga
Dalam Kayu” menawarkan sebuah eksplorasi literasi yang unik dan menantang.
Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie, melalui karya ini, mengundang pembaca untuk
menyelami sebelas buku yang masing-masing membawa cerita tersendiri—cerita yang
terasa asing namun dekat, cerita yang terpisah-pisah namun terikat oleh benang
merah yang sama. Novel ini bukan sekadar kumpulan cerita, ini adalah kritik
sosial yang tajam, disampaikan dengan ironi yang pahit dan sindiran yang
menggigit.
Penulis dengan mahirnya
menggunakan imajinasi yang mencerminkan realitas, memudahkan pembaca untuk
terhanyut dalam alur cerita yang tak terduga dan diksi yang unik. Setiap cerpen
dalam novel ini tidak hanya menghibur tetapi juga mengandung pesan sosial yang
mendalam, menunggu untuk diungkap oleh pembaca yang cerdas. Namun, gaya bahasa
yang nyeleneh dan tersirat membuat beberapa pembaca merasa kesulitan untuk
mengikuti dan memahami inti cerita. Isu yang diangkat mungkin terasa ringan,
namun cara penyampaian yang kompleks dapat menjadikan novel ini terasa berat.
Karakter utama, seorang
gadis yang menemukan sebelas buku di perpustakaan masa depan, menjadi simbol
keberanian dan ketabahan dalam menghadapi peristiwa yang sering kali terasa
ganjil dan asing. Melalui interaksi dengan cerita-cerita dalam buku-buku tersebut,
dia mulai menyadari adanya benang merah yang menghubungkan semua cerita itu,
menunjukkan bahwa dia adalah karakter yang penuh rasa ingin tahu dan memiliki
kemampuan analitis yang tajam.
Penutup cerita ini
memberikan dampak yang kuat dan sebuah ironi. Ziggy dengan cermat merajut
kesudahan yang membahagiakan, meskipun tersirat dan mampu menyentuh hati
pembaca. Penulis mengangkat isu tentang tragisnya menjadi perempuan dan anak
dalam masyarakat dengan cara yang berani dan langsung, menyinggung
berita-berita terkini dengan selipan amarah dan emosi yang terkandung dalam
narasi.
Novel ini tidak terlepas
dari penggambaran kekerasan yang terperinci, yang mungkin tidak sesuai untuk
semua pembaca. Deskripsi grafis tentang pembunuhan, mayat, dan kekerasan
lainnya dapat memicu reaksi tidak pembaca, terutama mereka yang sensitif
terhadap konten semacam ini. Meskipun kekerasan dalam cerita sering kali
digunakan untuk memperkuat pesan atau tema, dalam kasus “Tiga Dalam Kayu”,
beberapa pembaca mungkin merasa bahwa penggunaan kekerasan tersebut terlalu
berlebihan dan dapat mengaburkan pesan yang ingin disampaikan oleh penulis.
Secara keseluruhan, “Tiga
Dalam Kayu” adalah sebuah karya sastra yang berani dan berbeda, yang tidak
hanya memberikan hiburan tetapi juga menjadi sarana bagi pembaca untuk berpikir
lebih dalam tentang isu-isu penting yang dihadapi oleh banyak orang, khususnya
perempuan dan anak-anak, dalam kehidupan nyata. Novel ini sangat
direkomendasikan bagi pembaca yang mencari tantangan intelektual dan kegilaan
imajinasi, serta bagi mereka yang siap menghadapi topik yang berat dan sensitif
dengan pemahaman yang mendalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar