Daun
Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Presensi
: Ja'far Ash Shoodiq XI IPS 2
Judul: Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Genre: Fiksi remaja
Penulis: Tere Liye
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 16 April 2018
Jumlah Halaman: 264 halaman
Tere Liye, sang penulis novel "Daun yang jatuh
tak pernah membenci angin", dikenal dengan karya-karyanya yang sarat
dengan nilai-nilai kehidupan. Novel ini merefleksikan pandangan filosofisnya
tentang perjalanan hidup dan hubungan antarmanusia. Liye percaya bahwa setiap
peristiwa, baik suka maupun duka, memiliki hikmah yang dapat memantapkan
karakter dan memperkuat resilience individu. Tere Liye adalah seorang novelis
indonesia yang dikenal dengan karya-karyanya yang menggugah pikiran dan menginspirasi.
Ia telah menulis lebih dari 30 novel yang telah diterjemahkan ke dalam berbagai
bahasa dan telah menjadi buku terlaris di seluruh asia.
Di tengah hiruk pikuk kota Jakarta, novel "Daun
yang jatuh tak pernah membenci angin" karya Tere Liye mengisahkan
kehidupan seorang karyawan muda bernama Tania. Tania menjalani hari-harinya
dengan rutinitas yang monoton, terperangkap dalam pekerjaan tanpa gairah dan
hubungan percintaan yang membosankan.
Suatu hari, Tania bertemu dengan seorang pria bernama
Danar yang berasal dari sebuah desa terpencil. Danar memiliki pandangan hidup
yang berbeda, menghargai setiap momen dan melihat keindahan dalam hal-hal
sederhana. Pertemuan ini mengguncang dunia Tania, menantangnya untuk
mempertanyakan nilai-nilai hidupnya.
Tania mulai menjelajahi sisi lain Jakarta yang belum
pernah ia lihat, mengunjungi daerah kumuh dan berinteraksi dengan orang-orang
yang hidupnya jauh dari kata nyaman. Dia menyadari bahwa kebahagiaan tidak bisa
dibeli dengan materi, melainkan dengan hal-hal yang benar-benar bermakna.
Seiring berjalannya waktu, Tania dan Danar semakin
dekat. Mereka berbagi rahasia dan mendukung satu sama lain melalui pasang surut
kehidupan. Tania belajar untuk melepaskan egonya, merangkul keunikannya, dan
memprioritaskan kebahagiaan dirinya sendiri.
Namun, jalan mereka tidak selalu mulus. keluarga Tania
menentang hubungan mereka karena perbedaan latar belakang mereka. Tania harus
berjuang antara mengikuti harapan keluarganya atau mengejar kebahagiaannya
sendiri. Sementara itu, Danar dihadapkan pada dilema antara tinggal di jakarta
untuk tania atau kembali ke desanya untuk memenuhi tanggung jawabnya. Dalam
perjalanan cinta dan penemuan diri ini, Tania dan Danar memahami bahwa setiap
daun yang jatuh tidak pernah membenci angin yang membawanya pergi. Mereka
belajar untuk merangkul perubahan, menghargai waktu, dan menciptakan takdir
mereka sendiri.
Keunggulan dari novel berikut ini, yaitu :
A). Novel ini mengeksplorasi tema-tema universal
seperti cinta, kehilangan, penerimaan, dan keputusasaan.
B). Karakter dalam novel ini sangat kompleks dan dapat
diterima, dengan motivasi dan latar belakang yang meyakinkan.
C). Tere Liye dikenal dengan gaya bahasa yang puitis
dan indah, yang menambah kedalaman dan emosi pada novel.
D). Alur cerita novel ini sangat menarik dan membuat
pembaca ketagihan hingga akhir.
Kekurangan dari novel berikut ini, yaitu:
A). Beberapa pembaca mungkin merasa bahwa novel ini
terlalu filosofis dan intelektual, sehingga sulit untuk dihubungkan.
B). Beberapa bagian novel terasa agak bertele-tele dan
dapat memperlambat alur cerita.
C). Novel ini hanya diceritakan dari sudut pandang
karakter utama, sehingga pembaca tidak mendapatkan gambaran lengkap dari semua
peristiwa yang terjadi.
D). Novel ini diakhiri dengan akhir yang ambigu, yang
dapat membuat beberapa pembaca merasa tidak puas atau frustrasi.
"Daun yang jatuh tak pernah membenci angin"
karya Tere Liye adalah bacaan yang sangat direkomendasikan bagi siapa saja yang
ingin merenungi makna hidup dan perjalanan waktu. Novel yang penuh pesan
mendalam ini akan menggugah hati dan membuka wawasan anda tentang kehidupan
yang berharga.
Novel ini mungkin tidak cocok bagi pembaca yang:
1. Mencari cerita yang ringan dan menghibur.
2. Tidak suka dengan tema filosofis dan intropeksi
diri.
3. Terganggu dengan alur cerita yang lambat dan
kontemplatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar