Sabtu, 09 Desember 2023

CERPEN NURUL QOYIMAH

 

Pergi tanpa pamit

 

Langit malam tampak indah dengan bertabur bintang di sisi bulan, aku Aldara Putri Humaira gadis yang masih  berstatus pelajar dan santri di pondok pesantren bernama Al Innayah. Malam itu adalah malam rabu dimana aku dan kawan-kawanku sedang duduk sambil bercanda ria, disaat aku ingin pergi kekamar mandi tiba-tiba mbak Zafa datang ke kamarku. Aku pun berhenti ingin tau mbak Zafa sedang mencari siapa.

 

“Eh mbak, ada Dara ta?” Tanyanya, yang ternyata sedang mencariku.

“Ada apa mbak Zaf?” Kataku.

“Kamu di suruh buat siap-siap, habis ini di jemput.”katanya.

“Hah ngapain mbak, kok tiba -tiba?” Tanyaku dengan wajah terkejut.

“Gak tau Dar, mungkin ada sesuatu.” jawabnya.

 

Perasaan dan pikiranku mulai tak karuan dan air mataku  mulai turun. Aku hanya mengambil beberapa baju dan memasukkan ke dalam tas ,anak-anak yang melihatku meneteskan air mata dan sahabatku yang melihat itu langsung berkata “Jangan nangis Dara, mungkin mau diajak healing kamu.“Hanya kujawab dengan senyuman.

 

Selesai semuanya aku turun dan saat ingin melewati lorong ada dua mbak yang berada di dapur. Salah satunya adalah mbak Zena yang juga pengurus keamanan.

 

”Mau kemana Dar?” Tanyanya kepadaku.

“Mau pulang mbak, katanya udah ada di depan.” Jawabku.

 

Mbak Zena dan sahabatnya pun membukakan pintu gerbang untukku lalu aku pun

Segera berterimakasih dan pergi keluar dan terlihatlah abiku yang tengah menungguku.

 

Nama abiku adalah abian alfaraby hamami beliau memiliki sikap yang begitu tegas dan teguh  dengan pendiriannya.

Akupun segera naik ke sepeda lalu abiku menyalakan sepeda dan melaju  dengan kecepatan sedang, saat di perjalanan  aku memberanikan diri untuk bertanya.

 

“Abi, kenapa Dara kok tiba-tiba di jemput, kakek kenapa?” Tanyaku dengan air mata yang tiba mengalir dengan deras, namun tak ada jawaban yang terlontarkan dari bibirnya.

 

Sesampainya dirumah kakek, terlihat olehku sebuah tempat yang tak asing lagi bagiku, tempat dengan tutupan berwarna hijau, membuat air mataku turun bertambah deras. Saat sepeda abi berhenti aku langsung turun lalu memasuki rumah kakek, bagaimana aku tidak bertambah sedih sebuah aroma yang tak pernahku sukai ,ini berada dirumah ini. Aku pun duduk lalu dihampiri oleh tetanggaku, pundakku dielus olehnya, ia bibi Elis.

 

”Kasihan kamu Dar, ditinggal sama kakekmu.” Ucapnya.

 

Nama kakekku adalah Chairuddin Adiansyah Basil. Beliau ialah ayah dari kak Daniel dan umiku, beliau memiliki sikap pemurah nan baik hati, ia penuh kasih sayang kepada anak-anak dan cucu-cucunya yang tersayang.

 

Aku tak mendengarkan perkataan bibi Elis. Aku berlalu pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu, selesai wudhu aku pergi kerumah kak Daniel, sesampainya di rumah kakak ternyata dia belum kembali dari Rumah Sakit Medika, hanya ada kak Helen disana.

 

Kak Daniel sendiri adalah adik umiku serta suami kak Helen yang punya sikap cerewet dan suka bercanda,berbeda lagi dengan kak Helen yang memiliki sikap tegas dan suka marah. Akupun ke kamar mandi lagi untuk wudhu lalu pergi kekamar kakek untuk membacakan surat yasin, selesai membaca yasin aku diam sejenak dikamar itu, lalu ada sahabatku berkata

“kasihan dara, udah nggak punya kakek lagi.”

 

 Deg!

Hatiku terasa sakit mendengarkan ucapannya. Nama sahabatku adalah vania chandara dia memiliki sikap  jahil dan cerewet.

 

Dan tibalah jenazah beliau namun aku tak bisa melihat wajahnya untuk terakhir kali, hanya bisa melihat sebuah kain kafan yang telah melekat di tubuhnya.

Terlintas di pikiranku kenangan bersamanya dan ucapannya.

 

Terlihat 2 orang  di sebuah pekarangan kebun, saat sedang asik memetik seorang gadis kecil tiba-tiba ditanyai oleh kakeknya.

 

 “ Nduk” Panggil sang kakek.

“Dalem, abah.” Jawabnya

 “Awakmu pacaran ta nduk?” Tanyanya.

 “Mboten, abah.” Jawabnya lagi.

 “Nduk, abah nggak pengen pean pacaran emboh saiki opo emben abah ngak ridho.”

 

Aku hanya diam tak menjawab namun di hatiku bertanya-tanya, ‘Apa aku boleh menyukainya saja,jika memang aku tak di perbolehkan pacaran?’

 

Tiba-tiba ada seseorang yang memegang pundakku dan akupun tersadar dari lamunanku.

Orang-orang pun mensholati jenazah kakek selesai mensholati mereka pun menggotong keranda untuk dibawa ke luar, diluar terlihat kak Daniel siap untuk mengantar jenazah

Sang ayah ketempat istrirahatnya untuk terakhir kali.

 

End-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RESENSI AFIQ HUSNATU ZAHRA

 RESENSI NOVEL  Judul laut bercerita  Penulis:Kelas.chudori  “Laut Bercerita” adalah sebuah novel karya Leila S. Chudori yang diterbitkan p...